Kamis, 10 Desember 2015

Asma pada Perokok Aktif

Diposting oleh Unknown di 04.07



     Eksaserabasi asma dapat dipicu oleh berbagai macam faktor pencetus seperti alergen, infeksi, polusi udara, makanan serta paparan asap rokok. Paparan terhadap asap rokok dapat memperburuk gejala asma dan menyebabkan eksaserbasi asma baik pada perokok aktif mapun pasif. Apabila dibandingkan dengan perokok pasif, perokok aktif memiliki gejala asma yang lebih berat, serangan asma yang lebih sering, dan skor keparahan asma yang lebih tinggi. Sekitar 25% dari penderita asma di negara-negara berkembang merupakan perokok aktif.
Terkait dengan hal tersebut, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah perokok aktif yang tinggi. Seperti halnya asma yang mengalami peningkatan, jumlah perokok aktif di Indonesia juga demikian. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah perokok aktif di Indonesia meningkat dari 28,2% pada tahun 2007 menjadi 34,7% pada tahun 2010. Selain itu, pada tahun 2008, World Health Organization (WHO) telah menetapkan Indonesia sebagai negara terbesar ketiga di dunia sebagai pengguna rokok.

Perokok aktif dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan berat-ringannya derajat merokok. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia membagi tingkatan derajat merokok seseorang menjadi tiga kelompok dengan menggunakan nilai Indeks Brinkman, yakni ringan, sedang dan berat. Indeks Brinkman merupakan suatu variabel representatif untuk menggambarkan berat ringannya merokok seseorang secara kuantitatif. Nilai dari indeks tersebut dihitung berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap sehari dikali dengan lama merokok dalam tahun.
Berdasarkan penjelasan di atas, prevalensi asma dan jumlah perokok aktif di Indonesia sama-sama mengalami peningkatan. Jika dilihat dari teori epidemiologi, meskipun merokok diketahui sebagai pencetus eksaserbasi asma, akan tetapi masih banyak masyarakat penderita asma yang tetap merokok dan sama sekali tidak menghindari aktifitas merokok. Hal ini mungkin disebabkan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok dan minimnya regulasi yang mengatur penggunaan rokok di negara-negara berkembang, sehingga masyarakatnya dapat dengan mudah membeli dan mengonsumsi rokok.
Berdasarkan karakteristiknya, kelompok umur tertinggi pada pasien asma perokok aktif adalah 45 - 54 tahun (25,49%), hal ini sejalan dengan penelitian Kemenkes RI (2010), dimana jumlah perokok aktif pada kelompok umur tersebut adalah yang tertinggi di Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan karena di usia tersebut mulai terjadi penurunan produktifitas kerja sehingga seseorang lebih banyak memiliki waktu luang untuk menghisap rokok. Menurut jenis kelamin hampir seluruh penderita asma karena perokok aktif ini adalah laki- laki Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menempatkan laki-laki sebagai pengguna rokok terbesar di Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan karena laki-laki pada umumnya sudah mulai merokok di usia muda akibat pengaruh lingkungan dan pergaulan serta dampak dari ketergantungan terhadap rokok sampai usia dewasa.
Menurut pekerjaan, pegawai merupakan yang terbanyak di antara pekerjaan pasien asma perokok aktif (45,10%). Hal ini berbeda dengan hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 yang mendapatkan angka yang lebih tinggi pada kelompok petani/buruh/nelayan. Perbedaan ini disebabkan karena jumlah sampel penelitian dari Kemenkes RI jauh lebih besar dibandingkan penelitian ini, sehingga di dapatkan data yang lebih heterogen.
Secara teoritis, eksaserbasi asma dipengaruhi oleh faktor pencetus seperti alergen, polusi udara, infeksi, makanan, serta paparan asap rokok. Namun, paparan alergen dan infeksi di saluran pernapasan adalah faktor yang terpenting dalam eksaserbasi asma dan dapat menimbulkan efek serangan yang lebih lama. Meskipun merokok dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut, akan tetapi tidak semua paparan asap rokok berperan sebagai iritan pada pasien asma. Di sisi lain, risiko eksaserbasi asma akan dapat berkurang apabila pasien mendapatkan kontrol klinis yang baik, walaupun pada pasien asma yang merokok cenderung lebih sulit.
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk meringankan serangan asma. Penggunaan obat untuk asma harus dilakukan dibawah pengawasan dokter, biasanya penderita asma akan diberi dua macam obat asma yaitu obat pengendali dan obat penyelamat. Obat pengendali untuk mengurangi pembengkakan di paru – paru yang menyebabkan asma. Obat penyelamat untuk pengendalian jangka pendek asma.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Titis Marhening Tresnawaty Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea