Eksaserabasi asma dapat dipicu oleh berbagai macam faktor
pencetus seperti alergen, infeksi, polusi udara, makanan serta paparan asap
rokok. Paparan terhadap asap rokok dapat memperburuk gejala asma dan
menyebabkan eksaserbasi asma baik pada perokok aktif mapun pasif. Apabila
dibandingkan dengan perokok pasif, perokok aktif memiliki gejala asma yang
lebih berat, serangan asma yang lebih sering, dan skor keparahan asma yang
lebih tinggi. Sekitar 25% dari penderita asma di negara-negara berkembang
merupakan perokok aktif.
Terkait dengan hal tersebut, Indonesia merupakan salah
satu negara berkembang yang memiliki jumlah perokok aktif yang tinggi. Seperti
halnya asma yang mengalami peningkatan, jumlah perokok aktif di Indonesia juga
demikian. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah perokok aktif di Indonesia
meningkat dari 28,2% pada tahun 2007 menjadi 34,7% pada tahun 2010. Selain itu,
pada tahun 2008, World Health Organization (WHO) telah menetapkan
Indonesia sebagai negara terbesar ketiga di dunia sebagai pengguna rokok.
Perokok aktif dapat dibagi menjadi beberapa kelompok
berdasarkan berat-ringannya derajat merokok. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
membagi tingkatan derajat merokok seseorang menjadi tiga kelompok dengan
menggunakan nilai Indeks Brinkman, yakni ringan, sedang dan berat. Indeks
Brinkman merupakan suatu variabel representatif untuk menggambarkan berat
ringannya merokok seseorang secara kuantitatif. Nilai dari indeks tersebut
dihitung berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap sehari dikali dengan lama
merokok dalam tahun.
Berdasarkan penjelasan di atas, prevalensi asma dan jumlah
perokok aktif di Indonesia sama-sama mengalami peningkatan. Jika dilihat dari teori
epidemiologi, meskipun merokok diketahui sebagai pencetus eksaserbasi asma,
akan tetapi masih banyak masyarakat penderita asma yang tetap merokok dan sama
sekali tidak menghindari aktifitas merokok. Hal ini mungkin disebabkan karena
masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok dan minimnya
regulasi yang mengatur penggunaan rokok di negara-negara berkembang, sehingga
masyarakatnya dapat dengan mudah membeli dan mengonsumsi rokok.
Berdasarkan karakteristiknya, kelompok umur tertinggi pada
pasien asma perokok aktif adalah 45 - 54 tahun (25,49%), hal ini sejalan dengan
penelitian Kemenkes RI (2010), dimana jumlah perokok aktif pada kelompok umur
tersebut adalah yang tertinggi di Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan karena
di usia tersebut mulai terjadi penurunan produktifitas kerja sehingga seseorang
lebih banyak memiliki waktu luang untuk menghisap rokok. Menurut jenis kelamin
hampir seluruh penderita asma karena perokok aktif ini adalah laki- laki Hal
ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menempatkan laki-laki sebagai
pengguna rokok terbesar di Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan karena
laki-laki pada umumnya sudah mulai merokok di usia muda akibat pengaruh
lingkungan dan pergaulan serta dampak dari ketergantungan terhadap rokok sampai
usia dewasa.
Menurut pekerjaan, pegawai merupakan yang terbanyak di antara
pekerjaan pasien asma perokok aktif (45,10%). Hal ini berbeda dengan hasil
Riset Kesehatan Dasar 2010 yang mendapatkan angka yang lebih tinggi pada
kelompok petani/buruh/nelayan. Perbedaan ini disebabkan karena jumlah sampel
penelitian dari Kemenkes RI jauh lebih besar dibandingkan penelitian ini, sehingga
di dapatkan data yang lebih heterogen.
Secara teoritis, eksaserbasi asma dipengaruhi oleh faktor
pencetus seperti alergen, polusi udara, infeksi, makanan, serta paparan asap
rokok. Namun, paparan alergen dan infeksi di saluran pernapasan adalah faktor
yang terpenting dalam eksaserbasi asma dan dapat menimbulkan efek serangan yang
lebih lama. Meskipun merokok dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut, akan
tetapi tidak semua paparan asap rokok berperan sebagai iritan pada pasien asma.
Di sisi lain, risiko eksaserbasi asma akan dapat berkurang apabila pasien
mendapatkan kontrol klinis yang baik, walaupun pada pasien asma yang merokok
cenderung lebih sulit.
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk meringankan serangan
asma. Penggunaan obat untuk asma harus dilakukan dibawah pengawasan dokter,
biasanya penderita asma akan diberi dua macam obat asma yaitu obat pengendali
dan obat penyelamat. Obat pengendali untuk mengurangi pembengkakan di paru –
paru yang menyebabkan asma. Obat penyelamat untuk pengendalian jangka pendek
asma.
0 komentar:
Posting Komentar